Narsis sebagian dari iman??! Gimana ceritanya? Apa hubungannya? Mungkin para pembaca
sekalian bertanya-tanya akan judul yang agak nyeleneh di atas. Kalau “Kebersihan sebagian dari iman” iya. “Malu sebagian
dari iman” sudah sering banget kita denger...Nahh ini???
Masa iya sih orang beriman itu narsis? Orangnya narsis di katakan
beriman atau orang beriman itu punya satu sifat diantaranya narsis atau apa dengan
narsis kita jadi beriman??? Lhahh?? Mana yang bener ini?
Sebentar dehh, sebelum bahas lebih jauh tentang narsis.
Ngomong-ngomong apa itu narsis? istilah dari mana ni ya??
Setelah coba tanya ke om google yang baik hati dan tidak sombong, karena
mau-maunya di tanya-tanya apa aja, akhirnya ketemu juga. Nihh menurut wikipedia.com,
narsis atau narsisme ( dari bahasa
Belanda ternyata) adalah perasaan cinta terhadap diri sendiri yang
berlebihan. Orang yang mengalami gejala ini disebut narsisis (narcissist)
Biasanya orang narsis ini suka eksis, Tiap liat kamera bawaan pose mulu. Nanti ujung-ujungnya di pamer-pamerin. Nggak di facebook
dan twitter kerjaanya uplooad fotooo sampe timelinenya penuh dengan gambar foto
dirinya sendiri (ya iyalah masa foto tetangga).
Hayoooo yang narsiss???
Nggak usah malu kalau emang narsis, saya
sendiri, harus diakui suka foto. Tapi fotonya jelas, ada tujuan dan maksudnya
ya ! Bukan karena nampang muka mejeng nggak jelas. Biasanya saya foto kalau ada
moment tertentu buat mengabadikan moment tersebut. Misalnya pas lagi naik
gunung, foto-foto di puncak gunung, pas jalan-jalan ke pantai, pas lagi
berpetualang, nemu sesuatu yang unik dan rasanya perlu diabadikan. Jadilah berfoto
ria supaya kita punya kenang-kenangan dengan tempat itu.
Ada yang salah dengan narsis dengan suka
berfoto? Nggak tentunyanya, asal dengan catatan masih dalam batas wajar dan tidak
berlebihan!
Kalau tiap hari minta foto, di mana-mana
berpose, nggak di kamar, di mall, di jalan, di kamar mandi, masih juga berfoto. Ini jelas diluar kewajaran ya...
Memang apapun kalau berlebihan itu pasti ada mudhorotnya. Begitu juga kalau sudah mencintai dirinya berlebihan/ narsiss, akhirnya jadilah penyakit hati, menganggap dirinya sempurna, tidak bisa menghargai orang lain, suka dan berharap pujian. Tidak bagus tentunya kalau seperti ini. Sifat-sifat seperti inilah yang perlu dihindari.
Bagaimana kalau mencintai diri sendiri
dalam batas yang cukup dan sewajarnya??! Nahh, ini justru sangat diperbolehkan
dan diharuskan. Kenapa? Supaya kita jadi percaya diri dan tidak rendah diri. Kalau
kita tidak mencintai diri sendiri bagaimana kita dicintai dan mencintai orang
lain??? Setujuu??!!
Artinya ‘narsis’ itu boleh. Wong Allah
aja Maha Narsis kok?!
Ehhh, maen-maen nih. Masa Allah SWT Maha
Narsis? Yah iya lah. Justru hanya Dia lah yang sangat-sangat berhak untuk itu. Allah
itu Maha Membanggakan Diri. Karena hanya Dia lah Yang Maha Menguasai dan
Merajai. Sombong menjadi pakaiannya dan sudah sepantasnyalah karena hanya Dia
dan tidak ada yang lain Yang Maha Berkuasa atas segala-galanya.
Bahkan Allah SWT waktu awal penciptaan manusia, pernah mem'bangga'kan manusia ( nabi Adam as ) di hadapan malaikat dan jin. Malaikat dan jin (iblis) pernah
diminta bersujud di hadapan nabi Adam sebagai bentuk penghormatan dan pengakuan
atas kebesaran Allah SWT.
Apa ini bukan suatu kemuliaan bagi kita
manusia. Artinya ada kelebihan dan keistimewaan yang dimiliki oleh
manusia dibandingakan makhluk Allah yang lainnya dengan catatan jika ia berilmu
dan memiliki ketaqwaan kepada-Nya.
“Allah akan meninggikan
orang-orang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat”. (QS.Al
Mujadalah:11)
Saya tidak akan menarik kesimpulan dari tulisan ini. Jangan diterima mentah-mentah. tapi juga jangan juga buru-buru di tolak :)
Sekian.