Di suatu malam, ditengah saut-sautan suara jangkrik atau serangga yang entah apa namanya, saya ketikkan tulisan ini. Menghadap layar laptop ditemani secangkir teh panas, tiba-tiba saja saya teringat materi
liqo kemarin malam. Didalam sebuah Hadist, yang di baca oleh seorang teman halaqoh (kelompok pengajian), kalimat
persisnya agak sedikit lupa tetapi intinya begini,
”Sebelum menasehati, nasehatilah
dirimu sendiri.”
Kemudian disambung pembahasan oleh murabbi satu surat dalam
Al-Quran, Ass-Shaff: 3 , yang artinya:
“Amatlah besar
kebencian di sisi Allah SWT bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu
kerjakan.”
Teguran Allah swt dalam Al-Qur an itu seolah menjadi
tamparan bagi saya. Semenjak mendengar seorang teman halaqah membaca hadist
tersebut, kemudian murabbi yang mengupas 1 ayat peringatan Allah swt ini, saya
langsung teringat atas tulisan-tulisan
saya sebelumnya. Kebanyakan tulisan yang saya buat adalah tulisan
inspiratif dengan sedikit kisah-kisah motivasi, dan banyak nasehat di dalamnya.
Tetapi apa saya sudah melakukan itu semua??? Ahh, masih jauh dari harapan
sepertinya. Baru saja kemarin berkomitmen, untuk menjadi inspirator di
sekitar, komitmen untuk memenuhi panggilannya tepat waktu, untuk istiqomah belajar
dan berbagi, sudah mau tidak konsekuen aja. Benar-benar pukulan telak langsung mengenai
kepala saya.
Kata-kata itu menjadikan saya sadar, untuk terus instrospeksi
diri, bercermin dan harus berhati-hati berucap. Untuk berpikir dulu sebelum bertindak,
berbicara, menulis, atau pun membuat suatu komitmen. Jangan sampai seperti kata pepatah cuma “angat-angat tai ayam.” Awalnya aja semangat, tetapi setelah itu hilang seperti luntur bersama
basuhan air hujan.
Jangan sampai niat awal yang baik dan mulia surut karena sikap
ketidakkonsekuen dan ketidakkonsistenan. Memang benar sekali nasehat tersebut
diatas, sebelum memberikan nasehat ke orang lain, setidaknya kita harus memberi
contoh terlebih dahulu. Bukan cuma sekedar omong doang di mulut, tetapi harus
melalui contoh berupa keteladanan. Seperti kata orang bijak,
“Satu buah teladan
lebih baik dari seribu nasehat”
Memberi nasehat itu bukan dengan pandai bersilat lidah dan
pandai berceramah, tetapi harus diamalkan dengan perbuatan.
Allah yang menciptakan bumi langit seisinya ini saja membenci seorang yang berucap tetapi tidak dia kerjakan. Apalagi masyarakat kita sekarang ini. Orang baik aja banyak yang
dibenci, apalagi orang yang bisanya cuma berkata-kata tetapi tidak diamalkan.
Semoga ini bisa menjadi pengingat dan tamparan untuk menulis
untuk lebih konsisten, lebih komitmen, dan lebih baik lagi.
Semoga Allah swt selalu menunjukkan jalan yang lurus.