Social Icons

Pages

Wednesday, October 31, 2012

Apa kabar sobat semua??! Semoga tetap semangat dalam mengarungi samudera kehidupan ini. Ingat, apapun aktivitas yang kita lakukan, jangan lupa untuk diniatkan untuk mencari ridho Allah SWT. Baik itu belajar, bekerja atau aktivitas apa pun apabila kita berniat dalam hati untuk mengharap ridho-Nya, insyaallah amalan tersebut juga akan bernilai ibadah dan mendapat balasan pahala. Sepakatt??! 

Pada kesempatan ini saya mau melanjutkan lagi cerita petualangan saya menjemput impian di Mahameru. Sudah menantikan kelanjutan cerita ini ya??? Hehehe,  Sabar dulu...

Bagi temen-temen yang belum menyimak kisah sebelumnya, alangkah baiknya untuk baca dulu biar nyambung. Nihh ---> Mahakarya dari Yang Maha Cinta, "Mahameru" (part 1) dan ini Mahakarya dari Yang Maha Cinta, "Mahameru" (part 2)

Impian. I – m – p – i – a – n . Dari kemarin saya selalu membicarakan suatu topik, yaitu impian. Perjuangan menjemput impian, perjalanan mewujudkan impian menjadi kenyataan, dsb. Sebenarnya apa itu impian??? Mungkin ada yang nanya.

Boleh saya jawab? Kalau saya tidak punya impian, saya tidak akan susah payah pergi jauh-jauh sampai ke Malang, tidak akan mengorbankan waktu berhari-hari masuk hutan,  tidak akan merelakan kaki untuk berjalan jauh berjam-jam, dan menguras peluh keringat, belum rasa cape, membawa beban yang tidak ringan naek ke atas gunung. Belum ditambah lagi melawan rasa kantuk, hawa super dingin yang menusuk tulang, bahkan sampai menantang maut dan tetap saja berangkat ke Puncak tertinggi Mahameru dengan keyakinan, tekad dan semangat. Tentunya, tidak mungkin saya korbankan itu semua kalau tidak ada tujuan yang ingin dicapai.

Buat apa sih susah-susah naek gunung begitu? Nggak ada gunanya ?!  Apa manfaatnya??? Mendingan tidur, nyenyak, nonton tv  di rumah.!  *pertanyaan orang awam yang tidak pernah tau akan nilai perjuangan, kesabaran, dan suatu pengorbanan menghadapi tantangan!

Perhatikan perkataan Bapak Palang Merah Dunia, Sir Henry Dunant berikut ini:

" Sebuah negara tidak akan pernah kekurangan seorang pemimpin apabila anak mudanya sering berpetualang di hutan, gunung, dan lautan. ”

Bukan orang sembarangan yang mampu keluar dari zona nyaman. Bukan orang biasa yang berani meninggalkan rutinitas keseharian, keluar dari kesenangan yang  melenakan. Kasur nan empuk di rumah, meninggalkan gadget, televisi, sosial media, dan hiburan lainnya untuk rela bersusah-susah, berjuang keras dengan penuh kesabaran, dan pengorbanan meninggalkan  itu semua. Tentu  tujuannya adalah satu untuk meraih kesuksesan. Suatu bentuk pencarian jati diri, pencarian hakikat dari arti kehidupan. Mencari jawaban atas semua pertanyaan kenapa kita hidup dan alasan kita berada di dunia. Dan akhirnya nanti kita akan terpuaskan dengan jawaban dari semua pertanyaan. Kesadaran yang akan menancap dalam, di hati sanubari akan kebesaran dan keagungan Allah SWT. Bahwa sedemikian kecilnya  diri ini. Kita, manusia tidak ada apa-apanya di hadapan Allah SWT. Bahkan tidak lebih kecil dari sebutir debu di dalam luasnya alam semesta ini.

Kembali lagi deh, malah kemana-mana jadinya. hehehe

Lalu apa yang menjadi impian saya di Mahameru??? Apakah cukup menginjakkan kaki di sana, titik tertinggi pulau Jawa? Ahh, tidak hanya itu. Terus apa dong? Nanti sambil baca ceritanya akan ketemu jawabannya. Hehe


Terakhir, kami sampai di Pos Kalimati. Sebuah lembah berpasir dan berbatu dimana di depan pos kalimati ini terdapat padang yang cukup luas yang ditumbuhi banyak sekali tanaman edelweiss. Dari sini, kita bisa menyaksikan Puncak Mahameru, yang terlihat seperti gundukan batu pasir maha raksasa yang begitu besar dan berwibawa di atas sana.

( view Mahameru dari depan pos kalimati)

Hari menjelang senja. Kami pun beristirahat untuk mengembalikan stamina yang terkuras setelah berjam-jam perjalanan yang cukup melelahkan. Belum lagi persiapan untuk "Summit of Mahameru" yang kami rencanakan nanti tengah malam. Setelah berdiskusi dengan rombongan dan sesama pendaki lainnya diputuskan, kami akan berangkat “Summit of Mahameru”, jam sebelas malam. #WuihhNiatBanget

Hal itu kami lakukan dengan beberapa pertimbangan. Mengingat warning dari pendaki senior yang sudah berpengalaman, dimana harus sampai puncak sebelum jam 8 pagi, untuk menghindari gas beracun yang disemburkan oleh kawah Mahameru. Perjalanan biasa normal memakan waktu kurang lebih 6 jam. Sebelum siang, juga harus sudah turun lagi untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.  #KeselamatanItuYangUtama

Waktu yang ada, benar-benar saya gunakan  untuk beristirahat di dalam tenda. Baju hangat double, sarung tangan, kaos kaki, kupluk, sleeping bag, semua saya kenakan supaya benar-benar bisa nyaman untuk istirahat.

“Nanti jam 10 malam harus sudah bangun untuk mempersiapkan semua perlengkapan”, pikir saya

Untuk pendakian kali ini cukup bawa tas kecil atau  backpack aja. Sangat tidak memungkinkan dan  bahaya malah kalau mau bawa carrier. Jangankan bawa carrier, bawa diri aja susah. hehe

"Dua botol aq*a kecil sudah,  roti buat sarapan sudah, kamera siap, baterai cadangan full, bendera merah putih oke, senter oke, slayer siap, kacamata, hansaplast, topi  almamater, dan tisu basah....!”

Ahh, siap semua..! ” cukup dan saya langsung masukkan semua amunisi ini ke tas.

Kaos, jaket almamater, baju hangat 2 lapis, kaos kaki  2 lapis, celana training 2 lapis, kaos tangan, masker, headlamp dan kupluk...!”    cukup dan langsung saya kenakan semua. #lengkapbangettt hehe #iyadong

Setelah selesai mengecek perlengkapan yang akan kami bawa, dan membuat roti bakar dan meneguk secangkir kopi jahe hangat kami pun keluar tenda.

“Brrrrrrrrrrrrrrrr...., dinginnnyaa ituuu.........."  #pasangkupluk

“Wusssshhhhhhhhhhhhhhh, Wusssshhhhhhhhh” #anginkenceng

Di luar tenda, nampak dalam remang-remang cahaya api unggun yang tidak begitu terang di dalam kegelapan lembah kalimati dengan angin yang cukup kencang, sudah banyak pendaki lain yang sudah berkumpul membentuk lingkaran-lingkaran kecil. Ada yang briefing dan mempersiapkan perlengkapan yang akan dibawa. Ada yang mengelilingi api unggun, sambil nyanyi-nyanyi berangkulan menghimpun kehangatan, lumayan  sedikit mengurangi efek  dari angin super dingin yang menembus kulit meskipun sudah mengenakan jaket berlapis-lapis.

“Ohhh,  indahnya persahabatan di lembah Mahameru.”

Segera saya pun bergegas, bergabung dengan rombongan. Lumayan banyak para pendaki yang melakukan pendakian mahameru malam ini. Saya perkirakan 50-an lebih. #lumayanbanyaktemen

Jam sebelas kurang 15 menit. Kami semua berjalan bercahayakan sinar senter menuju ke padang yang lebih luas. Di sinilah semua pendaki berkumpul, membentuk kelompok-kelompok.

Setelah briefing oleh salah seorang pendaki senior, bagaimana track yang akan di hadapi, menyampaikan beberapa pesan, jangan terpisah dari rombongan, tetap berpositive thinking, dan jangan sampai tertidur, dsb. Kami pun akhirnya menundukkan kepala, berdoa  sebelum perjalanan pendakian malam ini. Memohon kepada Allah SWT, Sang Pencipta dari Keagungan Alam raya ini supaya diberikan keselamatan dan kemudahan agar sampai dan kembali dari puncak dengan selamat.

“Bismillahitawakkaltu‘alallaaah........”

“Berangkaaaaaaaaaaaaat !!!”, jam sebelas lebih lima menit kala itu.

Melewati jalan berpasir dalam malam gelap yang pekat dengan pandangan mata yang terbatas. Sejauh mata memandang, yang nampak  hanyalah ribuan  partikel debu berjatuhan terkena cahaya sinar senter. Sempat menuruni lembah, kemudian track mendaki yang berdebu dan berpasir dalam gelapnya hutan lembah mahameru. Akhirnya, setelah satu jam pendakian kami sampai di Pos “Arcopodo”. Arco artinya arca, sedangkan podo itu artinya sama atau kembar. Berarti arca kembar. Katanya ada arca kembar itu di sini. Tapi entahlah, saya nggak menemukan ada arca di pos ini. Yang ada malah tugu kecil seperti batu nisan, “in memoriam”, untuk mengenang para pendaki yang telah meninggal di sini. Lumayan menyeramkan.

Setelah sebentar beristirahat, ambil nafas, perjalanan pun dilanjutkan. Semakin ke atas udara rasanya semakin tipis, jadi agak susah untuk bernafas. Masker yang saya kenakan pun saya buka tutup. Kadang saya basahin pakai air, supaya debu-debu yang berterbangan ini tersaring sebelum masuk rongga hidung. Saya memutuskan untuk berjalan lebih cepat dari yang lain. Nggak tau ada dorongan apa kala itu. Saya berada di barisan paling depan, mengawal rombongan 50 orang lebih pendaki.

“Sebelum subuh harus sudah sampai pokoknya...!”  tertanam di benak saya

Setelah berjalan beberapa menit, kami pun sampai dibatas vegetasi, pepohonan terakhir hanya sampai di sini. Di atas sana tidak ada lagi pepohonan. Sejauh yang dijangkau cahaya lampu senter, yang nampak hanyalah bongkahan batu super raksasa, jalan setapak dengan batu kerikil dan pasir di mana-mana. Track kali ini benar-benar sangat berbeda dan benar-benar yang namanya mendaki itu mungkin seperti ni. Untung waktu di pos Arcopodo saya menemukan tongkat sepanjang 2 meter. Pas sekali sama tinggi badan saya. Bisa membantu menjaga keseimbangan waktu berjalan di gundukan pasir yang sewaktu-waktu bisa longsor kapan saja.

Pendakian kali ini harus benar-benar fokus. Kemiringan medan yang mencapai 70o dengan batu pasir di mana-mana seperti itu, menuntut mata harus lebih awas. Jejakan kaki yang juga  harus mantap. Leher yang selalu mendongak ke atas, melihat medan. Jangan sampai lengah terkena batu, pasir dan kerikil yang bisa longsor kapan saja. Kalau ragu-ragu, tidak yakin melangkah atau salah pijakan bisa saja terpeleset atau tertimpa longsoran, atau bisa juga terjebur ke jurang yang berada si kanan kiri jalan setapak ini. Menjejakkan kaki maju 3 langkah, longsor turun lagi 2 langkah. “ hop... hopp... hopp...!” tancap tongkat di depan sebagai pegangan. Terus bertahan dan terus berjalan. Hanya itu yang saya lakukan.

Sesekali saya menengok kebelakang terlihat puluhan cahaya kecil senter bergerak merangkak lambat sekali. Saya berada di paling depan 10 meter diatas rombongan. Semakin ke atas, angin gunung super dingin terasa semakin kencang, berhembus dari sebelah kiri. Tubuh saya yang cukup besar pun rasanya mau roboh terbawa tiupan angin yang sangat kencang itu. Udara juga rasanya semakin tipis, jadi susah sekali untuk bernafas. Mau buka masker debu di  mana-mana, tutup masker rasanya sesak, ahh serba salah. Pantaslah, ketinggian waktu itu sudah mencapai 3000 meter lebih. Hidung saya rasanya nggak mau di ajak kompromi, mengeluarkan cairan yang tidak ada habis-habisnya. Udara pun rasanya semakin dingin, bisa mencapai 5 derajat suhunya.

Berjalan dalam kegelapan malam yang sangat pekat membuat semua pendaki hanya bisa terdiam. Semua fokus menjejakkan kaki di medan batu berpasir, menghela dan mengatur nafasnya masing-masing. Tidak sempat lagi mau ngobrol satu sama lain. 

Setelah sekian lama mendaki, sempat beberapa kali terjatuh dan terpleset terkena longsoran pasir yang terinjak, sampai juga di bebatuan yang cukup besar. Saya putuskan untuk isitirahat sebentar, mengatur nafas yang terengah-engah, meneguk minum untuk membasahi tenggorokan dan membenahi dan membasahi masker yang saya kenakan. Dari atas sini, di tengah keputusasaan dan kebosanan berjalan berjam-jam tidak sampai-sampai juga, Sang Pencipta menghibur saya dengan menyuguhkan pemandangan yang luar biasa indahnyaa.

“Subhanallaaaaaaaaaaahhhhh..............................”

Tidak ada lagi kata yang bisa sy ucapkan. Speachlesssss...

Mendongak ke atas, langit malam yang sangat ceraaaaah sekali, berhiaskan jutaan bintang yang bertaburan dimana-mana.
Buanyaakk sekaliii........, baru kali ini melihat bintang rasanya dekat seperti ini.
Menoleh ke kanan, nampak lampu-lampu kota yang berkilauan di sana.

Belum lagi di tambah sabit nan indah tersenyum manis menemani perjalanan saya kala itu.
Manis sekalii dibandingkan biasanya....

“Ohhh, indahnyaaa mahakarya-Mu .....”

Dalam perjuangan yang benar-benar menguras tenaga. Rasa capek, lelah, melawan hawa dingin yang menyiksa. Dalam keheningan diantara gelap malam yang pekat di tengah hutan batupasir raksasa. Kecil sekali rasanya diri ini. Kala itu tidak ada lain yang ada di pikiran kecuali hanya Sang Pencipta, Allah Ajja Wa Jalla. Ucapan rasa syukur tiada henti atas nikmat dan karunia-Nya. Syukur atas nikmat umur dan hidup yang diberikan-Nya. Syukur atas orang-orang terkasih yang selalu mendoakan dan selalu ada di  kala susah. Syukur atas sahabat-sahabat terbaik yang selalu mendukung dan memotivasi. Dan bersyukur atas kesempatan bisa menikmati panorama alam  mahakarya-Nya yang luar biasa  ini.

Saya langsung teringat hafalan surat Al-Mulk yang tengah saya hafal waktu itu. Sambil berjalan mendaki dalam kegelapan. Lantunan surat Al Mulk ini menemani saya di sepanjang perjalanan,

 dst........
                         

“(1) Mahasuci Allah yang menguasai (segala) kerajaan, Dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu (2)  Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa, Maha Pengampun (3) Yang menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Tidak akan kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pengasih. Maka lihatlah sekali lagi adakah kamu lihat sesuatu yang cacat?....  (5)  Dan sungguh, telah Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang..... (15) Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu yang mudah dijelajahi, maka jelajahilah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan” (Al Quran: Al- Mulk)

Setelah berulang-ulang melantunkan ayat yang sangat indah ini. Setelah berulang kali istirahat, ambil minum, ambil nafas, dan sempat juga berbagi makanan dan minuman dengan beberapa pendaki. Setelah berulangkali pula terjatuh, terperosok dalam longsoran pasir, bangkit, jatuh, dan bangkit lagi. Akhirnya, sampailah di hamparan pasir dan bebatuan yang sangat luas. Iya, sampai juga di Puncak Mahameru 3776 mdpl. Di puncak kala itu masih gelap yang nampak hanya semburat jingga kemerahan di ufuk timur. Indah sekaliii..

(semburat jingga di ufuk timur mahameru)

Hati saya bergetar hebat. Tidak terasa mata berkaca-kaca, air mata pun menetes begitu saja.  Tidak ada yang saya lakukan kecuali memanjatkan puji syukur atas hidup dan karunia-Nya bisa sampai di sini.

Segera saja saya lepas masker,  syal, semua atribut yang saya kenakan. Segera saya ambil posisi, bergegas mengagungkan kebesaran Sang Pencipta. Dengan tubuh menggigil, kaku dan bergetar sejadi-jadinya melawan dingin yang menusuk sampai sumsum tulang. Saya kumandangkan adzan subuh dengan  sekeras-kerasnya,

Allahhuakakbar Allaaaaahuakbar...”

Allaaaaaaahhuakakbar Allaaaaaaaaaaaaaaahuakbar...”

.....................................


Alangkah bahagia sekali waktu itu. Tidak peduli angin sangat kencang super dingin, suhu berkisar 0-3o. Dingin sekali. Jaket berlapis-lapis yang saya kenakan pun rasanya tidak ada pengaruh, rasanya tetap saja seperti nggak pakai baju. Benar-benar menusuk-nusuk tulang.

“Alhamdulillaaahhhh..... Segala puji bagi-Mu Ya Allah Tuhan Seru Sekalian Alam ‘

Salah satu impian saya di Mahameru, mengumandangkan adzan di Puncak tertinggi, salah satu penyangga langit negeri, terwujud menjadi kenyataan.

(Impian pertama: mengumandangkan adzan di puncak tertinggi) 

“Tidak ada yang lebih  indah di dunia ini selain melihat impian kita terwujud menjadi kenyataan! Luaar Biasaaa!!! “

Dengan kamera kodak kesayangan, saya abadikan semua moment keindahan di puncak ini. Tidak saya lewatkan satu moment, bahkan dalam hitungan detik sekalipun. Mata rasanya tidak mau terpejam menikmati pemandangan yang luar biasa ini. Keindahan dan kemegahan Mahameru, sunrise, awan-awan putih, dengan langit biru cerah, secerah-cerahnya yang membentang di sejauh mata memandang, serta panorama alam perbukitan di sekitar Mahameru. 

Bahkan kawah “Jonggring Saloka” yang setiap saat mengeluarkan letupan-letupannya itu pun tidak saya lewatkan dan berhasil saya abadikan semua.  Berjalan diantara bebatuan, mengelilingi hamparan pasir berbatu Mahameru dari ujung ke ujung.


(hamparan pasir berbatu dan langit biru cerah di mahameru)

Puaass sekali rasanya. Oya, Impian saya yang kedua di puncak Mahameru pun terwujud. Berfoto dengan menggunakan pakaian kebesaran jaket almamater dengan mengibarkan dwiwarna  merah putih dengan backround sunrise di puncak tertinggi, Mahameru juga menjadi kenyataan. Girang sekali saya waktu itu! Rasa lelah, capek, ngantuk, perjuangan menguras energi berhari-hari, setelah terjatuh, terpeleset, terperosok ke longsoran pasir berulang kali terbalas sudah, tuntas tas..tass....  semuanya berganti menjadi bahagia yang membuncah.

Tidak ada kata yang bisa lagi saya ucapkan untuk menggambarkan kebahagian saya selain itu. Indaaah sekali rasanya...


 ( Impian kedua: mengibarkan merah putih di mahameru dengan backround sunrise)


Dua impian sederhana yang mungkin biasa bagi orang lain, tetapi itu menjadi energi luar biasa bagi saya untuk jadi yang terdepan. karena kenyataannya, tidak banyak yang sampai di Puncak kala itu, apalagi yang dapat moment sunrise. Hanya sebagian kecil, yang punya kemauan dan tekad saja lah yang sampai di puncak mahameru ini.
  
Semua karena kekuatan impian dan cita-cita. Percaya akan keajaiban doa, keinginan yang kuat, keyakinan yang menancap dalam hati menjadi energi super yang tak terbatas akan mendorong kita melesat jauh ke depan.

Terakhir menutup cerita petualangan saya ini, mengutip tulisan Doni Dirgantoro dalam novelnya “5 cm”

“...mimpi-mimpi kamu, cita-cita kamu, keyakinan kamu, apa yang kamu mau kejar taruh di sini” , menggantung mengambang di depan kening kamu.


“Cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya, tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya, leher yang akan lebih sering melihat ke atas.”

“Lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja..”

“Dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya...”

“Serta mulut yang akan selalu berdoa...”

Bermimpilah! Seberapa besar mimpimu itu mencerminkan seberapa besar keyakinanmu akan Kuasa Tuhan untuk mewujudkan mimpi-mimpimu.

Sekian,

Salam 



Berikut bonuss beberapa jepretan saya di Mahameru yang bisa saya bagikan ke temen-temen semuaa....


( fajar menyingsing dari puncak mahameru)

( sunrise mahameru 1)

( sunrise mahameru 2)


(landskape kawah jonggring saloka)

(landskape panorama perbukitan dari puncak mahameru)

( view perbukitan dari puncak )

(hamparan batu pasir di puncak)

(kawah jonggring saloka yang tengah mengeluarkan awan panas)
yang terakhir, terbongkarlah identitas sy, hehe ^_^
( berfoto di tugu mahameru 3676 mdpl ^ ^ )

Labels

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 

My Friends

My Twitter