Apa
kabar temen-temen semua? Semoga selalu semangat dan diberikan kemudahan dalam menjalankan aktivitas keseharian temen-temen.
Pada kali ini saya mau melanjutkan cerita petualangan saya mewujudkan impian di Mahameru.
Tidak ada yang lebih indah di dunia ini, dibandingkan ketika melihat impian kita
benar-benar terwujud menjadi kenyataan. Rightt??
Terakhir perjalanan kami sampai
di sebuah danau yang diapit di antara pegunungan dan perbukitan di
sekelilingnya. Suhu yang cukup dingin membuat hampir setiap hari terutama pagi dan sore danau ini
selalu tertutup kabut tebal. Saya sungguh beruntung waktu itu cuaca sangat cerah
dan bersahabat sehingga sy bisa menikmati keindahan danau ranukumbolo sepuasnya.
Di sekitar danau banyak ditumbuhi pepohonan, cemara, pakis, dan semak belukar.
Selain digunakan sebagai tempat memancing bagi para pendaki, karena terdapat
banyak ikan di situ. Banyak juga saya temukan bunga abadi, bunga favorit bagi
para pendaki gunung, yaitu edelweiss yang selalu menebarkan pesonanya kepada
siapa saja yang melihatnya. Langit yang benar-benar biru cerah waktu itu
melengkapi kesempurnaan indahnya mahakarya dari Sang Pencipta jagad raya ini. Tidak
salah dan tidak keliru kalau para pendaki menjuluki danau ini sebagai “Surganya Mahameru”. hehe
(edelweiss ranukumbolo)
(pepohonan dan perbukitan ranukumbolo)
Setelah membuat sarapan dan
minuman hangat, dan telah dirasa cukup untuk memulihkan energi yang telah terkuras.
Maka kami memutuskan untuk melanjutkan
perjalanan selanjutnya. Dari tanah lapang tempat memasang tenda, kami berjalan
ke arah perbukitan dengan mengelilingi danau. Di sana di suatu tanah lapang
yang lain banyak juga kami jumpai para pendaki yang membangun tenda.
“Kalau di sini, pas sekali
rasanya kalau mau melihat dan menunggu sunrise dari sela sela bukit itu”, pikir
saya.
Berhadapan langsung dengan danau dan dua bukit di seberang danau sana. Mungkin
karena lokasi yang strategis inilah di sini dibangun pos untuk peristirahatan. Bangunan
kayu yang cukup terawat dan cukup bagus untuk ukuran bangunan di gunung.
(view yang pas, sunrise biasa dari tengah bukit itu)
(pos peristirahatan ranukumbolo)
Pada waktu itu kebetulan
sekali sedang ada syuting film “5 cm” yang bersetting di ranukumbolo. FIlm yang di angkat dari novel
best seller, karya Doni Dirgantoro, dengan judul yang sama. Novelnya sangat menginspirasi dan buaagusss bangettt. Saya tidak bisa berkata-kata lagi
selain itu. Baca aja pokoknya! Rugi deh nggak baca novel sebagus itu !
Setelah istirahat sebentar
kami melanjutkan perjalanan, di depan sudah menunggu tanjakan yang lumayan
cukup terjal, saya perkirakan kemiringannya sekitar 50-60o. Dari bawah
tampak 2 bukit kembar yang sejajar membentuk lambang hati. Mungkin ini lah kenapa
tanjakan ini dinamakan, “tanjakan cinta”.
Baguss banget ya namanya.???
Oh ya, katanya ada mitos,
kalau mendaki di tanjakan cinta dan tidak berbalik ke belakang sampai di atas
bukit, dengan membayangkan orang yang kita cintai, maka dia akan menjadi jodoh
kita. Mau percaya atau nggak.??? Buktikan aja sendiri !!! :P
Waktu itu, iseng-iseng aja.
Entahlah gak tau kesambet setan darimana, dan waktu itu juga nggak sengaja mau
memikirkan apalagi mempercayai mitos itu. Tapi seketika dan tanpa komando siapa
pun, tiba tiba mengalir begitu lembut di
pikiran, begitu saja kamu hadir dan seketika itu aku
menyebut namamu...
"Oooh, Kucingku!!!"
*becanda
“Hahahaha.....”
Lanjuttt, mendaki selangkah
demi selangkah, dengan memikul beban carrier 100 L di punggung dengan medan
tanjakan seperti itu, ternyata lumayan berat juga. Kayaknya ada yang ikat ni
kaki dari belakang. Badan saya yang tinggi besar pun rasanya mau ambruk ke
belakang. Kalau mau jalan harus agak membungkuk untuk menyeimbangkan berat
beban yang dipikul dengan kemiringan medan.
(tanjakan cinta)
(beratnya memikul beban mendaki tanjakan cinta)
Nafas saya pun terengah-engah, baru berapa langkah istirahat. Langkah lagi istirahat lagi. Begitu teruss. Sampai sudah setengah perjalanan, “hosh.. hosh.. hosh..”, *nelen ludah. Saya sudah tidak sabar lagi. “Nengok enggak? Nengok enggak?” Ahhh., cuma mitos. Hati-hati aja yang seperti itu bisa jadi syirik. Kalau jodoh ya jodoh aja, sudah tertulis di lauful mahfudz. Nggak perlu pake percaya mitos, ramalan, zodiak, mencocokkan hari, dan sebagainya dan sebagainya. Setujuu???
Akhirnya saya pun tergoda dengan
ada apa sebenarnya yang dibicarakan oleh orang-orang itu??? Dan seketika itu saya memutar leher ke belakang,
“Woouooooow, Subhanallaaaaahhhhhh.........................”
Langsung
dengan sigap dan cepat-cepat sy ambil kamera untuk mendokumentasikan moment
keindahan ini. Sumpah kalau lihat yang sebenarnya jauuuhhh banget sama foto
yang saya ambil di bawah ini. Kalau liat langsung akan bener-bener terasa seperti
di dunia lain, nggak tau ini di mana?
“Excited bangett,” “Ini kitai
dimana sih? Indonesia apa bukaan ???”
“Bukan deh kayaknyaa.!”
Setelah
melongo, kagum, terpana. Akhirnya beberapa saat sadar.
"Oh iya, baru inget
kemaren habis makan bakso malang, berarti nggak mungkin lah kalau di Eropa!!!" :P
hahahaha.........
Setelah
mengabadikan beberapa foto kemudian perjalanan kami lanjutkan dan istirahat di
atas bukit untuk membasahi tenggorokan kami yang kering sembari mengambil nafas
yang terengah-engah dari tadi. Nih , hasil jepretan saya lagiiii. *gratiss
(landskape via tanjakan cinta)
Setelah
cukup beristirahat, kami melanjutkan perjalanan. Baru berapa meter kami
berjalan, kami dikejutkan lagi dengan suatu pemandangan luar biasa. Padang
savana yang begitu luasnya. ”Oro-oro ombo.”
“Kita kayaknya nyasar ke afrika deh”, celetuk temen saya
“Tinggal kasih harimau,
singa ama gajah Afrika, udah di Discovery Channel nih kita.” “Hahahaha.....”
#LostInAfrica
Mahameru
benar-benar menyuguhkan keindahan di segala sisinya tiada henti. Dari start, memasuki
hutan tropis yang cukup lebat, danau nan indah seperti surga, yang sejuk
sekaligus memanjakan mata, kemudian tiba-tiba kami langsung dikejutkan dengan padang
savana yang sebegitu luasnya. Dari kejauhan Puncak Mahameru pun menyembul
dengan gagahnya di balik bukit itu.
“Amazinngggggg............”
Benar-benar
penuh kejutan dan tak terduga!!!. Gak tau kejutan apalagi yang sudah menanti di
depan sana.
( lost in africa )
Setelah menelusuri jalan setapak berdebu dan berpasir yang membelah padang Oro-oro ombo, dikelilingi rumput ilalang setinggi pinggang akhirnya kami sampai di pos peristirahatan, “Cemoro Kondang”. Di sini keliatan batas vegetasi, di mana kami kembali lagi masuk hutan. Disini kebanyakan didominasi cemara dan pinus yang cukup rindang.
Setelah
memasuki hutan yang cukup lebat, dengan melewati jalan-jalan setapak yang
banyak juga kita jumpai pohon-pohon tua yang sudah tumbang menghalangi jalan,
menuntut kita harus hati-hati melangkah, melompati pohon-pohon besar dan
kadangkala akar yang terjuntai panjang sedikit memaksa kami untuk lebih sigap,
lebih awas dan lebih yakin melangkah dengan pasti agar jangan sampai terjegal
akar pohon yang melintang. Setelah kurang lebih 2 jam perjalanan mendaki
akhirnya kami sampai di Pos Jambangan.
Dari
sini nampak mulai jelas Puncak Mahameru yang berdiri dengan gagah dan penuh
wibawa di sana. Setelah istirahat dan berfoto sebentar, perjalanan kami
lanjutkan. Tidak sampai 1 jam dengan perjalanan agak menurun menuju suatu
lembah akhirnya kami sampai di Pos Kalimati. Sepanjang perjalanan, kanan kiri
jalan kita bisa lihat tumbuhan edelweis yang kebetulan waktu itu telah mekar di
mana-mana.
“Ohhh, alangkah anggun dan cantiknya dirimu
wahai edelweissku...”
#JadiMendadakPuitisGini Hahaha...
Di
depan sana dari kejauhan nampak lembah kecil yang menganga seperti bekas aliran
sungai, ya kami sampai di “Kalimati”.
Sungai yang sebenarnya lembah ini dulunya adalah aliran lahar Mahameru yang
kini yang tersisa hanyalah endapan batu dan pasir di mana-mana. Di tempat ini
lah kami akhirnya memasang tenda untuk kedua kalinya. Angin cukup kencang waktu
itu ditambah suara-suara letusan-letusan Mahameru yang memang masih aktif
sampai saat ini cukup menyeramkan. Sempat saya kira seperti suara pesawat,
rasanya dekat sekali. Tapi mana mungkin di pegunungan gini ada pesawat.?? Hehe
Setelah mempertimbangkan
arah angin yang datang, akhirnya kami memasang tenda dengan arah pintu keluar
menghadap ke utara. Angin yang cukup kencang waktu itu dari timur/barat. Yah,
supaya anginnya nggak masuk aja kalau buka tenda. #tips
(indahnya edelweis mahameru dari pos kalimati)
(tenda kami di pos kalimati)
Setelah
tenda terpasang, kami langsung mengeluarkan kompor, nasting, dan tentunya
logistik,
“Waktunya untuk memasaaakkkk!!!”.
Hehehe.
Segera
saja kami babat habis nasi pecel dengan lauk serundeng yang kami beli di pasar
tumpang, di tambah secangkir besar kopi jahe hangat lumayan untuk mengecharge
tenaga kami yang sudah lowbatt.
Sore
ini kami harus benar-benar beristiraahat dan mengumpulkan tenaga karena
perjuangan yang sebenarnya baru mau dimulai.
“Baru mulaiii???”
“Hahhh??? Enelann??? Ciyyuusss....???? Miapahh???? #KoMendadakAlay
Nah kemarin???, truss tadi itu
apa???”
“ohhh tidaaaaakkkkkk....”
“Itu sih baru pemanasanann...!!!” :p
"Lahhhh"
Pendakian Mahameru yang
sebenarnya adalah malam nanti. Perjuangan mewujudkan impian menjadi kenyataan
berdiri di tanah tertinggi pulau jawa. Perhelatan hati, pikiran, bahkan
pertaruhan nyawa. Hidup atau mati. #LebayAhh
Bukan kami berlebihan dan mengada-ada.
Sebenarnya adalah terlarang dan ilegal melakukan pendakian sampai Mahameru.
Pihak taman nasional cuma memberikan ijin sampai di Pos Kalimati. Selebihnya
adalah bukan tanggung jawab Pihak Taman Nasional apabila terjadi hal yang tidak
diinginkan. Beberapa pendaki saling tanya satu sama lain,
“Lo
muncak nggak?” “Mau summit mahameru nggak?” “ Yakin mo ke sanaa???”
Dengar-dengar cerita, sudah
puluhan korban yang hilang dan bahkan meninggal di sini. Banyak modus
penyebabnya, ada yang jatuh masuk jurang, tersasar dan nggak kembali lagi. Dan
yang sering adalah terhirup gas beracun, yang sewaktu-waktu dikeluarkan oleh
kawah Mahameru yang masih aktif ini. Makanya dilarang berlama-lama berada di
puncak karena gas beracun yang tidak berwarna dan tidak berasa ini tidak bisa
diketahui kedatangannya. Hanya saja kata orang-orang gas beracun ini menyembur
pada siang hari di atas jam 8.00. Makanya kalau tidak sampai puncak di sebelum
jam itu mending urungkan saja niat untuk melakukan pendakian sampai puncak.
Karena terlalu besar resikonya, nyawa taruhannya.
“Muncak
nggak yaa???” Pertanyaan itu berkelebat di pikiran saya.
Kemudian kami serombongan diskusi dan rapat sebentar. Akhirnya sudah kami
putuskan. Kami satu rombongan 8 orang menuju puncak Mahameru dengan segala
resiko. Kami percaya kalau nyawa dan takdir berada di tangan Tuhan. Kalau nanti
kami harus mati dan meninggal di sini, berarti itu sudah ketetapan takdir yang
sudah terlulis dan tidak bisa kita rubah, harus ikhlas. Yang bisa kita lakukan
adalah usaha yang terbaik bagaimana caranya bisa selamat, menyiapkan segala
perlengkapan, dan tentunya kebugaran tubuh yang harus prima. Harus hati-hati
dan yang utama adalah senantiasa berdoa supaya diberikan kesehatan dan bisa
sampai dan kembali dari puncak dengan selamat.
Rasulullah pernah
mengajarkan, “Kalau punya unta,
serahkanlah kepada Allah. Tapi jangan lupa untuk diikat”. Artinya kalau
punya hajad atau keinginan jangan gampang menyerah begitu saja dengan keadaan.
Jangan menyerah menghadapi kesulitan dan ketidakpastian. jangan lantas melepas untanya begitu saja tanpa diikat. Semua harus di
usahakan. Allah telah menyediakan berbagai pilihan. Tinggal kitanya yang
memilih, jalan yang mana yang akan kita tempuh itu terserah kita, yang di ridhoi
atau jalan yang melenakan.
Bukankah rezeki itu ada tiga, rezeki yang sudah
ditetapkan semenjak kita lahir, rezeki yang kita punya sekarang, dan rezeki
yang digantung atau ditangguhkan. Nah rezeki yang ditangguhkan inilah yang
harus kita kejar dengan usaha, kerja keras, dan ikhtiar dengan
sebaik-baiknya. Penuh dengan ketidakjelasan dan ketidakpastian memang. Karena
di dunia ini memang yang pasti adalah ketidakpaastian itu sendiri.
Disitulah
sebenarnya kalau kita jeli dan memperhatikan dengan seksama, Sang Pencipta
hendak mengajarkan kepada kita untuk selalu mengambil hikmah dari setiap
kejadian. Untuk selalu belajar dan membaca. Bukan hanya membaca teks, tetapi
membaca tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran-Nya. Untuk selalu bersyukur dan
berikhtiar dengan sekuat tenaga semaksimal yang kita bisa. Dan mengenai hasil akhirnya semua
harus ikhlas, sepenuhnya dikembalikan kepada-Nya.
Bagaimanakah kelanjutannya
apakah kami semua bisa melewati ujian ini? Apakah kami bisa mewujudkan impian menginjakkan
kaki di titik tertinggi tanah pulau jawa?. Nantikan di Mahakarya dari Yang Maha Cinta, “Mahameru” ( part 3).
Kaya sinetron-sinetron aja.
Hehehehe..... #biarinah :P
Cukup segini dulu ceritanya.
Bagian puncak cerita ini, perjuangan mewujudkan impian adalah setelah ini.
Pertaruhan nyawa, hidup atau mati. Bersambung...