Tulisan ini saya buat sesaat setelah
kepergian saya dari rumah menuju ibu kota, untuk diberangkatkan menuju daerah penempatan. Di dalam bus Rosalia
Indah jurusan Salatiga-Lebakbulus, dengan
nomor lambung 314. Duduk di seat 1b dengan AC cukup dingin membuat sy cukup betah berlama-lama.
Memanfaatkan fasilitas quickoffice mobile nokia e71, dua ibu jari saya dengan lincahnya menari-nari di
atas tombol keypad hp kesayangan yang sudah setia menemani selama 3 tahun ini yang alhamdulillah #KadangKadangSukaErrorSendiri. Hahaha....
Sudah
sewajarnyalah yang namanya orang tua memberikan nasehat atau pesan kepada
anaknya. Kalau ada orang tua yang tidak pernah menasehati atau memberikan pesan
kepada anaknya. Nahh, ini perlu dicurigai. Jangan-jangan anak tiri. Hhe... *becanda
Begitu juga saya,
setiap menemui suatu kesulitan, ataupun sedang atau akan mengerjakan sesuatu
hal pasti terlebih dahulu meminta ijin, minta nasehat dan tentunya meminta doa restu orang tua, terutama ibu. Sebelum berangkat kemarin juga, saya pamit
waktu itu kepada beliau mungkin beberapa hari lagi langsung berangkat ke daerah penempatan dan mungkin juga akan jarang pulang karena harus melaksanakan tugas
dan tidak bisa kalau sering-sering pulang ke rumah. Dengan mata yang sedikit sembab dan seperti
menahan air matanya supaya tidak jatuh, saya tau itu. Ada beberapa pesan yg
disampakan beliau kepada saya.
"Nak neng paran sing
ati-ati, kudu pinter jogo diri"
artinya kalau di
tempat sana di mana pun nanti harus hati-hati, harus pintar bawa diri, jangan
mudah terpengaruh oleh orang lain.
“Ojo lali
jalanke kewajiban.! Utamakke sing
penting-penting sek, sing ra pati penting di kurangi."
Jangan sampai
lupa dengan kewajiban, baik sebagai seorang manusia, sebagai seorang anak, dan
tentu sebagai hamba Allah SWT. Susunlah skala prioritas! Utamakan yang penting-penting terlebih dahulu, yang tidak penting dikurangi.
"Dadi wong kuwi kudu
grapyak..."
Kalau jadi orang
itu harus "grapyak" artinya
ramah, sopan, senyum kalau bertemu orang. Biasakan bilang "maaf, tolong
dan terima kasih", kepada siapa pun.
"Nak wis pengen nikah, ora cukup mung siap
mental, tapi kudu siap sekabehane, siap ilmune lan siap materine. Dadi wong
lanang kui abot."
Kalau mau nikah
itu, tidaklah cukup kalau cuma siap mental, harus siap kesemuanya. Siapkan
ilmunya, pantaskan diri dihadapan-Nya. Siapkan juga materinya. Tanggung jawab
menjadi seorang laki-laki itu berat. Jadi imam dan pemimpin keluarga
nantinya."
Begitulah kurang lebih beberapa pesan ibu yang akan saya pegang kuat dan cukuplah untuk bekal penempatan nanti. Walaupun sudah sering dan biasa pergi dari rumah, nggak tau kenapa waktu itu
berat sekali rasanya mau ninggalin rumah. Setelah saya cium tangan beliau dan
memohon doa restunya kemudian saya berangkat!
Bismillahitawakkaltu'alallah...
Dalam agama kita
diajarkan. "Ridho Allah itu tergantung ridho orang tua." Maka jangan
sekali kali berkata kasar apalagi berlaku kasar kepada orang tua kita. Wong
Rasulullah mengajarkan jangan sampai
berkata "ahh" saja kepada orang tua, apalagi sampai berkata-kata atau bertindak kasar. Di tambah lagi ada pepatah "Surga itu berada di bawah telapak kaki ibu." Makanya,
berbaktilah kepada kedua orang tua , terutama ibu kita.
Dalam sebuah
buku yang sangat inspiratif dan sedikit banyak membawa perubahan dalam hidup saya, 7 Keajaiban Rezeki tulisan Ippho
Santosa. #VeryHighRecomendedBagiYangBelumBaca.
Dibagian awal buku itu dijelaskan, bahwa salah satu hal yang paling penting dan utama dalam mendapatkan
keajaiban rezeki adalah lingkar keluarga yaitu ilmu sepasang bidadari. Apa ituu???
Bidadari yang pertama adalah doa atau ridho orang tua kita. Kalau orang tua sudah ridho, maka doanya akan benar-benar melangit. Coba saja perhatikan di ekeliling kita. Kalau ada seorang anak yang
durhaka kepada orang tuanya dijamin deh, rezekinya tidak lancar, hidupnya tidak
tenang, selalu gelisah, rasa kebahagiaan akan dijauhkan darinya.
Dan sebaliknya, kalau mau rezeki lancar,
semuanya dimudahkan, dan keajaiban-keajaiban rezeki hadir dalam hidup kita. Maka bersungguh-sungguhlah untuk berbakti
kepada kedua orang tua agar kita
selalu didoakannya. Siaappppp???! :D
"Seberapa pun tingginya puncak gunung dan dalamnya
jurang yang berada di seberang jalan sana, ku yakin akan mudah terlewati kalau doa dan restumu sudah di
genggaman, IBU." (Fariez Naufal)
Salam.